Perisainusantara.com, | Melaksanakan puasa merupakan kewajaiban bagi setiap muslim. Selama sebulan penuh kita menjalankan puasa, tentu diri kita merasakan suasana yang tak biasa. Di mana, kita dituntut untuk senantiasa menahan lapar dan haus pada siang hari dan hingga akhirnya baru bisa kembali makan dan minum itu menjelang malam hari. Hal tersebut merupakan suatu perjuangan dan tantangan kehidupan dalam beribadah kepada Allah SWT. Puasa tidak diterima Allah jika kita melakukan hal yang di larang oleh Allah SWT.
Dalam menjalankan ibadah puasa biasanya umat muslim berlomba-lomba melakukan ibadah untuk mendapatkan amalan dan pahala. Sehingga kegiatan ibadah yang diperoleh dapat diterima oleh Allah SWT. Namun sebenarnya tidak ada yang memastikan apakah kegiatan ibadah dan perlakuan kita saat puasa diterima atau tidak oleh Allah SWT.
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Saat itu malam hari raya seperti biasanya Rasulullah SAW dan para sahabat membaca Takbir, Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram. Saat sedang bertakbir, tiba- tiba Rasulullah SAW keluar dari kelompok dan menepi ke arah dinding. Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya (layaknya orang berdoa) saat itu Rasulullah SAW mengatakan amin sampai tiga kali.
Setelah Rasulullah SAW mengusapkan kedua tangan di wajahnya (layaknya orang selesai berdoa) para sahabat mendekati dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang terjadi sehingga engkau mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan amin sampai tiga kali?” Jawab Rasulullah SAW “Tadi saya didatangi Malikat Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya.”
“Apa gerangan doa yang dibacakan Malaikat Jibril itu ya Rasulullah?”tanya sahabat. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Kalau kalian ingin tahu inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan do'anya”:
1. Anak yang durhaka kepada orang tua.
"Ya Allah SWT saya memohon kepada kepadaMu, jangan Engkau terima puasanya anak yang durhaka kepada ibu dan bapaknya,” doa Jibril. Doa itu langsung diamini oleh Rasulullah.
Tidak semua orang itu orangtua, tapi sudah pasti seorang anak. Setinggi apapun pangkat,jabatan atau kedudukan anak, bahkan memiliki banyak harta namun kalau sudah menyakiti orangtua dan durhaka kepada orangtua, Jibril mendoakan dan diamini oleh Rasul agar puasa tidak diterima Allah SWT.
2. Istri yang durhaka kepada suami.
“Ya Allah SWT saya memohon kepada kepadaMu, jangan Engkau terima puasanya istri yang durhaka kepada suami,” doa Jibril. Doa itu langsung diamini oleh Rasulullah.
Mungkin wanita ada yang bertanya, bagaimana jika suami yang durhaka kepada istri. Poinnya, suami ini pemimpin rumah tangga, dan bakal diminta pertanggungjawaban atas istrinya. Surah Al-Baqaroh ayat 187 berbunyi, “Suami istri bagaikan pakaian.” Kalau suami istri bagaikan pakaian, sudah pasti untuk menutupi. Suami dan istri harus saling menutupi kekurangan masing-masing.
3. Muslim yang tak mau memaafkan saudaranya sesama muslim.
“Ya Allah SWT saya memohon kepada kepadaMu, jangan Engkau terima puasanya muslim yang tak mau memaafkan saudaranya sesama muslim,” doa Jibril. Doa itu kembali diamini oleh Rasulullah.
Memaafkan lebih berat dari minta maaf, tapi memberi maaf lebih mulia daripada meminta maaf. Biasanya saat Idul Fitri halal bi halal, saling maaf memaafkan. Halal bi halal itu bahasa Arab yang di Arab sendiri tak ada tradisi itu. Asal kata dari Halalun bi halalin, artinya halal dengan halal. Maksudnya, kemarin si A menyakiti B dan itu haram, maka sekarang saat halal bi halal, tolong dihalalkan, tolong dimaafkan. Ini untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.
Orang sufi mengajarkan, tak ada dosa kecil kalau di tumpuk terus menerus, tak ada dosa besar jika setiap hari di-gempur Istigfar. Rasulullah bersabda, “Silaturahmilah kau kepada orang yang marah denganmu, bahkan dengan orang yang pelit sekalipun.” (PN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar