POLITIK SENSITIF
(Seri Politik Nasional) Oleh:Irwansyah Nasution
BATU BARA -SUMUT-Perisainusantara.com
Tiap kali kita melihat tampilan Pejabat yang turun kelapangan terutama calon Presiden tak luput dari bahasan menarik , contohnya Anies , Prabowo, Ganjar, Puan, maupun orang sekitarnya terkait Pencapresan (shadow man) meski terkadang bukan urusan pernyataan Politik bahkan tingkah laku Politik dari figur tersebut tetap dibaca sebagai perbuatan Politik Political Action, langsung maupun tak langsung begitu sensitifnya pengamatan bahkan pengawasan publik sehingga para Capres itu harus ekstra hati hati dalam menghadirkan dirinya diranah Publik.
Turunnya Jokowi bersama Prabowo serta Ganjar panen padi di Magelang Jawa tengah dituding lagi promosi , yang paling parah Soal terbakarnya Depo Pertamina Plumpang di kait kaitkan dengan Anies dan Jokowi padahal penyebab langsung kebakaran bukanlah Anies maupun Jokowi, banyak lagi permisalan ekplorasi penilaian sebagai peristiwa Politik, demikian menjurusnya persepsi publik mengapa bisa demikian...? apakah ini pertanda bahwa masyarakat Indonesia memang doyan berpolitik... ? atau bagian dari partisipasi pengamatan warung kopi yang obrolannya tak berujung. Inilah kenyataan Politik masyarakat pandangannya terlihat aneh dan lucu lucuan.
Para Sosiolog seperti Herbert Blumer menyebut interaksi simbolik , apa saja yang dilihat akan menimbulkan penilaian berdasarkan pengalaman pribadi termasuk melihat tokoh politik. Jika demikian , bagaimana sebaiknya para tokoh publik itu bertingkah yang tidak menimbulkan persepsi yang salah...? Apakah diperlukan Pendidikan Politik. Perpolitikan kita sering diasumsikan dengan hingar bingar yang menimbulkan kehebohan padahal tujuan berpolitik itu adalah meletakkan gagasan dan ide untuk membangun negeri dalam perdebatan Positif tentang Konsep serta rekam jejak tokoh Politik yang semuanya cukup dipapar pada arena Partai bukan arena Publik pada setiap saat seperti yang terjadi dalam uraian diatas.
Tidak semua kehadiran tokoh Politik di publik dipersepsikan kegiatan politik karena menyangkut konsep dan narasi dari ucapan dan perbuatan tokoh politik diluar hal tersebut mereka adalah orang biasa yang perlu berteman bersilaturahmi dan urusan private lainnya sebagai manusia biasa bukan lagi menggelar politik ini yang memang terasa sulit dibedakan apalagi sudah dipersepsikan memasuki tahun tahun politik.untuk mendisiplinkan pandangan tersebut diperlukan juga kesungguhan para tokoh itu agar tidak berlebihan dalam menampilkan diri ditengah publik setidaknya dapat membantu pemahaman masyarakat luas.
Memang kadang terlihat para tokoh politik itu justru tidak tahan mendisiplinkan dirinya saat bertemu ditengah masyarakat memanfaatkan momentum pencitraan diri sebagai sosok dewa penolong ,orang yang paling peduli bahkan yang lebih tidak masuk akal kegiatannya bak orang turun dari langit ketujuh sebagai penyelamat manusia yang miskin ,hampir sulit membedakan dalam kerangka menjalankan ibadah kah atau membentuk opini politik bahwa ia adalah ahli sedekah untuk tujuan politik .memang tidaklah salah sebagai penganjur kebaikan namun seorang politikus sejati harus menyiapkan konsep pemberdayaan masyarakat setelah berkuasa bukan sebelum berkuasa dikhawatirkan saat berkuasa dia lupa kebiasaan baik nya saat belum berkuasa .
Politikus itu sesuai dengan maksud dan perannya adalah menjadi Aktor eksekutif dan legislatif bukan bagi bagi hadiah yang menyebabkan biaya politik tinggi.jika mau jadi politikus persiapkanlah ide dan konsep Kelak menjadi pejabat kehadiran kita terasa berarti dalam membantu masyarakat mengatasi kesulitan hidup berbasis konsep secara sistemik bukan sepotong sepotong yang hanya menambah antrian orang miskin justru penghinaan secara tidak langsung pada akal sehat publik karena pada hakekatnya. Masyarakat itu tidak ada yang ingin susah apalagi miskin mereka dimiskinkan secara struktural akibat ketiadaan konsep pemimpin dalam mengatasinya saat memerintah sejak dari awal ia diasuh oleh pencitraan bukan ide dan gagasan yang terkonsep dengan matang jika jadi dia menjadi orang bingung ditengah keramaian hiruk pikuk perpolitikan .
Saat inilah pentingnya para politikus itu berbenah dan menyadari pendidikan politik itu perlu ditanamkan bukan dengan pencitraan karena hanya ilusi palsu yang tak dapat menolong masyarakat dari kesulitan hidup yang diperlukan narasi dan rekam jejak yang baik sebagai calon pemimpin politik maupun saat dan setelah memimpin agar jadi monumen di hati masyarakat sebagai orang yang banyak manfaat bagi orang lain sekaligus menghilangkan politik sensitif .
Penulis pengamat sosial politik dan kebijakan publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar