RAMADHAN DI TAHUN POLITIK INDONESIA
(Seri Politik Nasional) Oleh:Irwansyah Nasution
BATU BARA-Sumut-Perisainusantara.com
"Jika hatimu adalah sebuah gunung berapi, bagaimana bisa kamu mengharapkan bunga untuk mekar?".sebuah kata bijak dari pujangga besar dunia bernama Kahlil Gibran patut menjadi renungan semua insan politik Indonesia yang saat ini memerlukan kebijaksanaan dalam bermain politik terutama menikmati suasana bulan suci Ramadhan yang sedang berlangsung memasuki seperempat bulan.
Pada bulan ini hal yang kita tunggu prilaku politikus dipanggung latar politik membangun suasana keakraban bersilaturrahmi satu dengan lainnya sebagai rangkaian ibadah puasa terutama di momen buka bersama.tiada kebersamaan yang paling indah setelah menahan rasa lapar seharian tidak makan dan minum di buka bersama itu.
Allah SWT memberikan pintu rezekinya lewat silaturrahmi saat berbuka bersama bagi semua orang yang mengerjakan puasa dengan pahala yang berlipat lipat bila menjamu saudaranya. Tiadalah tempat yang paling mulia kecuali tempat orang yang membuka hatinya
Mengasihi memberi maaf bahkan bersilaturahmi menuntun membuka pengetahuan dan informasi terutama politisi muslim lintas partai termasuk mengikat silaturrahmi di tahun politik karena dirasa lebih menyelamatkan dalam berkomunikasi politik tanpa dusta sebab puasa merupakan bulan kesucian ,percakapan bahkan niat di hati yang disembunyikan akan lebur dari unsur dusta .
Politisi yang cerdas pikirannya dan sehat cara politik nya akan terlihat saat buka bersama itu namun ada juga keheranan mengapa presiden Jokowi melarang buka puasa bersama bagi pejabat pemerintahan ?.
Jangan karena" Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga "akibat ketidak pahaman tentang Islam dan nikmatnya Silaturrahmi saat berbuka puasa.Islam dan politik atau politik Islam itu yang paling termahal harganya merajut silaturrahmi mendatangkan rezeki , bukankah itu sebenarnya yang dinginkan kita bersama?.
Pemerintah itu tugas utamanya membangun kesejahteraan lewat kebijakan politik Jika buka bersama dapat membangun saling pengertian dan rasa peduli mengapa harus di larang dengan alasan trauma tentang wabah penyakit pandemi Covid .
Dalam pandangan Islam Allah yang mendatangkan penyakit dan Allah juga mencabut penyakit,jika bangsa ini mulai sadar bahwa Allah punya rencana dibalik sesuatu peristiwa, sebagai manusia kita hanya berharap pertolongannya sambil. ber ikhtiar agar segala penyakit hati dicabut sekelas lekasnya seperti hilangnya wabah Covid 19 dari bumi Indonesia.
Kontemplasi diperlukan para politisi dan pejabat pemerintahan untuk melihat kebelakang tentang segala yang dibuat dan dikerjakan ,Bulan suci Ramadhan ini di ciptakan sebagai salah satu syariat Islam yaitu mengerjakan puasa tidak saja soal ibadah tapi juga rangkaian muamalah manusia (Hablum minannas)adalah sebagai rem pakam yang sangat di perlukan para politikus untuk memulai dan menjaga keseimbangan dalam berpolitik untuk tidak culas dan curang yang hanya merugikan keseluruhan aspek sosial juga politik karena mazhab politik kita adalah Pancasila dengan lima sila sebagai bagian dari gaiden politik
"Jika hatimu adalah sebuah gunung berapi,bagaimana bIsa kamu mengharapkan bunga untuk mekar ".Jika soal berbuka puasa saja dilarang bagaimana mengharapkan tumbuh kebaikan bagi bangsa ini.Renumgkanlah !
Penulis pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik LKPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar