ISLAMOFOBIA DALAM POLITIK CAPRES.
(Seri Politik Nasional) Oleh:Irwansyah Nasution
BATU BARA-Sumut-Perisainusantara.com
Istilah Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah.Bila kita kaitkan maknanya dalam dunia politik maka istilah Islamofobia berarti ketakutan kelompok politik tertentu dengan politik Islam pertanyaan kita mengapa takut dengan politik Islam? Ada yang aneh pada kelompok ini bukankah kita negara yang menjunjung demokrasi sebagai panduan dalam berpolitik kebangsaan ?.
Ketakutan yang berlebihan pada politik identitas Islam sebenarnya tak dapat dihindari dalam berdemokrasi karena semua orang punya lapisan identitas bahkan sejak lahir seperti soal gender ,suku bangsa bahkan agama.Semua orang berhak atas identitas yang dimilikinya sebagai bagian yang tak dapat dielakkan justru kita khawatir pada orang yang tak memiliki identitas tertentu karena terlihat aneh dan menakutkan ,keragaman keadaan identitas masyarakat Indonesia mestinya dirawat dengan saling menghargai bukan saling dipertentangkan .
Amerika Serikat dan Eropa yang awalnya sangat Islamofobia belakangan berbalik mendukung setelah menyadari bahwa ajaran Islam itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena bersifat universal dan sangat toleran.justru memberi ketahanan terhadap negara tersebut terbukti partisipasi dan kesadaran demokrasi Amerika meningkat dari tahun ketahun sehingga negara tersebut diakui dunia sebagai rujukan berdemokrasi akibat partisipasi warga muslim meningkat . memberikan kehangatan dalam berdemokrasi di Amerika di buktikan lima orang wali kota beridentitas muslim.
Bagaimana dengan Indonesia yang saat ini sedang berlangsung proses berdemokrasi menjelang pemilihan presiden?.apakah demokrasi bertumbuh tanpa isu menolak soal identitas dan meributkan Islamofobia?.sepertinya kita harus berani mengkoreksi khususnya para kelompok anti identitas yang dalam kepalanya dihantui gangguan psikopat kecemasan berlebihan ,padahal mereka dihargai dalam berdemokrasi namun mereka tidak dapat menghargai orang lain maunya menang sendiri kelompok kaum tengah ini dapat disebut hipokrit munafik ini yang perlu dibina lagi tentu dengan dialog dan membuka diri .
Karena di kepalanya dendam yang dibutakan kepentingan elitis , kosong pengetahuan tentang Islam dan Ketata negaraan dalam berdemokrasi bawaannya curiga terus menerus, benalu dalam merajut tenun kebangsaan keberagaman .Arena pilpres sebenarnya patut dijadikan ajang mempertontonkan keberagaman namun tetap dalam persatuan inilah kekuatan bangsa Indonesia selama ini yang disebut bhineka tunggal Ika ,bukan memaksakan persatuan yang meniadakan dalam keberagaman dan perbedaan anak suku bangsa.
Kelompok islamofobia dan penolak identitas politik ini perlu dilawan dengan argumentasi atau diberikan sangsi sosial dengan menguji kesungguhannya untuk membuktikannya hujatannya soal politik identas karena dalam wujudnya selalu bersembunyi lempar batu sembunyi tangan agar bangsa ini keruh dan lemah membangun persatuan dalam aneka keragaman.
Pilpres yang seharusnya jadi ajang kegembiraan berdemokrasi dalam pandangan ber politik anak bangsa sudah tidak relevan lagi mempersoalkan soal soal politik identitas sepanjang tidak mengganggu persatuan bangsa justru kita memerlukan politik identitas agar terawat keberagaman .Kualitas capres dan pilpres tidak akan teruji dengan baik sebelum ia mampu merajut perbedaan untuk persatuan bangsa.Ketakutan pada politik Identitas hanya propaganda pemecah belah dari kelompok dengung sudah seharusnya kita tolak dan abaikan.
Penulis Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik LKPI
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar