MENGGOYANG " IMAN " DEMOKRAT.
(Seri Politik Nasional) Oleh :Irwansyah Nasution
BATU BARA-Sumut-Perisainusantara.com
Momen pertemuan AHY ketua umum Partai Demokrat selaku tuan rumah dan Cak Imin ketua partai Umum PKB selaku tamu dapat diartikan serius meski lewat candaan dalam komunikasi beda koalisi capres tersebut.apalagi cak Imin mengaku berusaha mempengaruhi AHY bergabung di koalisinya untuk mendukung capres versi cak Imin dengan ucapan " Ternyata imannya masih kuat, nanti kita tunggu saja moga-moga sepulang saya dari sini goyah," seperti dirilis dari detik news.com ,yang jelas jika berhasil rayuan Muhaimin pada AHY akan beresiko pada pencapresan Anies .
Walau dibungkus dengan candaan tapi terkadang politik itu tidak harus dengan serius jika tidak menuai hasil.apalagi menuju pencapresan antar partai masih sangat dinamis , perubahan bisa saja terjadi ditengah jalan.Lalu bagaimanakah kita melihat kemungkinan kemungkinan penetapan capres permanen jelang pendaftaran beberapa waktu ke depan ?.
Dalam lima bulan belakangan dominasi Anies di pemberitaan dan ruang publik benar benar menghentakkan perhatian nasional bahkan internasional atas pencapresannya yang dimulai dari Partai Nasdem disusul partai Demokrat dan PKS yang puncaknya membuat piagam kesepakatan tiga partai tentang penetapan Anies sebagai capres dari koalisi perubahan dan persatuan.
Anies tidak saja diharapkan sebagai sosok membawa perubahan Indonesia ke depan bahkan diharapkan bisa sebagai antitesa Jokowi istilah politik ini yang membuat penguasa dan oligarki tak tinggal diam dan berusaha menggagalkan Anies sebagai capres,ditandai dengan peristiwa hukum dan politik seperti partai Demokrat digoyang dan Anies dipersoalkan.
Batu uji Nyali Anies dan partai pendukungnya apakah tetap menyerah dan bertahan sedang di kroscek ulang oleh publik termasuk pihak yang tidak menghendakinya lewat "persekongkolan"politik yang disebut dinamika ,apakah masih kuat iman atau luntur dan meninggalkan gelanggang pencapresan,sepertinya hal ini tidak akan terjadi bahkan dalam satu acara di televisi swasta saat ditanyakan bagaimana.menghadapi tantangan hidup ,Anies mengutip ucapan kakeknya yang seorang pejuang 45 "jangan pernah takut berdiri diatas kebenaran meskipun engkau di penjarakan ".kutipan ini seperti memberi isyarat kepada lawan lawan politiknya tentang sebuah keteguhan hati Anies.
Sebenarnya dalam situasi politik pencapresan yang tidak menentu dan penuh kesulitan bagi Anies dan partai pengusungnya menghadapi ujian dan cobaan diperlukan kejelian melihat gerak lawannya sebab bersifat alami,hal yang samapun dirasakan lawan politiknya .tinggal bagaimana meletakkan timeing yang tepat dalam mensiasati persoalan yang muncul.
Persaingan para elit politik masing masing partai walau di kemas secara halus tetap dapat dibaca publik meski pun terlihat seperti berkawan dalam kemesraan .AHY yang tentor nya SBY selaku mantan presiden dua periode tidaklah mudah di pecundang Muhaimin untuk berpaling meninggalkan Anies seperti perumpamaan "jika matahari diletakkan ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meninggalkan kesepakatan piagam pen capres tidak akan pernah kulakukan" soal nya apakah sejauh itu.
Semuanya akan jadi catatan sejarah bahwa untuk menjadi presiden di republik ini memang harus diuji mental kepemimpinan nya terlebih dahulu.
Penulis Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik LKPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar