POLITIK ITU MELAWAN YANG TIDAK MUNGKIN
(Seri Politik Nasional) Oleh:Irwansyah Nasution
BATU BARA-Sumut-Perisainusantara.com
Sebuah idiom politik yang selalu diucapkan para analis dan pengamat politik bahwa politik itu adalah seni meraih kemungkinan(art of possible) ini bisa terjadi jika politik dalam keadaan normal para pemain politik bisa melakukan tukar tambah kepentingan politik dari satu partai politik kepartaian politik lainnya tergantung sudut kepentingan nya masing masing yang disebut berkoalisi untuk memperoleh kemenangan .
Namun idiom politik ini tidak selalu bisa dijadikan acuan jika situasi tidak normal seperti yang terlihat pertemuan Airlangga dan SBY serta AHY.pertemuan ini menyiratkan ada sesuatu yang mulai tidak normal dalam perkembangan politik nasional mengapa? Apa yang terlihat dalam pertemuan itu harus dibaca ada kompromi baru antara Jokowi yang ter simbol melalui Airlangga pada SBY karena perubahan situasi terkini.
Mungkin saja isyarat pertemuan itu sebagai upaya Jokowi meredam ketegangan yang bisa saja terjadi diujung kekuasaan ,sepertinya Jokowi ingin mengembalikan posisi sebagai negarawan untuk menjaga hubungan baik ke semua partai terutama koalisi perubahan yang selama ini dianggap lawan politik itu artinya posisi Anies mulai menguat dari tekanan politik seperti berurusan dengan KPK termasuk juga soal gugatan kubu Moeldoko ke MA soal rebutan Partai Demokrat.
Tidak mungkin Airlangga bertemu SBY tanpa restu Jokowi sementara ia juga sebagai menterinya presiden Jokowi sesuatu yang tidak normal.Presiden Jokowi sebenarnya mencoba membangun arah politik lain setelah Megawati take over Ganjar dari koalisi KIB ke PDIP.Dengan mengambil posisi ini sebenarnya sinyal buat Mega bahwa Jokowi mulai kearah netral bagi Ganjar jelas tidak menguntungkan secara politik dan ini termasuk satu dari sekian banyak dinamika politik yang harus dia hadapi kedepan sebagai capres dari PDIP tanpa dukungan Jokowi.
Sementara pencapresan Ganjar akan dikendalikan Puan Maharani sebagai ketua tim pemenangan yang secara psikologi politik sebelumnya berseberangan yang juga berkeinginan sama sebagai capres PDIP Ganjar benar benar tidak terlalu Happy dengan keadaan ini dan terjepit dari dua sudut kepentingan antar Megawati dan Jokowi.
Perubahan politik ini memang terkadang tidak normal tapi disinilah kita dapat memahami bahwa politik itu diasuh untuk berebut kekuasaan yang sangat keras bahkan cakar cakaran bukan sekedar menunjukkan sisi manisnya dipanggung depan saja tapi ada tangisnya dari para politisi yang menganggap politik itu menyimpan dendam dan ambisi berujung perkelahian yang seru dan tragis.
Langkah baru Jokowi yang terlihat lewat Airlangga memberi angin politik baru terlihat juga dari pernyataan Gibran yang bersikap netral dalam urusan capres sampai menemukan perkembangan dan kenyakinan baru dalam urusan capres ini juga bagian yang dapat dilihat sebagai pesan tersembunyi Jokowi dalam urusan capres.
Benarlah bahwa politik itu tidak saja soal art of possible tapi soal ... art attacking of impossible.
Penulis Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar