Petani Cabai Lubuk Cuik Pertanyakan Efektivitas RPB: Harga Anjlok, Manfaat Tak Kunjung Terasa
BATU BARA - Perisainusantara.com
Petani cabai merah di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, tengah mempertanyakan manfaat nyata dari keberadaan Rumah Produksi Bersama (RPB) yang dibangun dengan dana besar.
Harapan besar yang disematkan pada RPB sebagai solusi stabilitas harga tampaknya belum membuahkan hasil.
Hal ini dirasakan terutama saat panen raya Oktober 2024 lalu, ketika harga cabai merah anjlok drastis di kisaran Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram, membuat petani Cabai merah kelimpungan karena tak mampu menutup biaya produksi.
Pak Thupat, salah seorang petani, mengeluhkan ketidakseimbangan harga tersebut dengan biaya operasional yang tinggi.
"Harga segitu jelas tidak cukup menutupi kebutuhan sehari-hari. Kami jadi bingung harus berbuat apa," ujarnya.
Kondisi ini membuat petani bertanya-tanya mengenai fungsi RPB yang dikelola oleh Koperasi Berkah Abadi Jaya.
Diharapkan, RPB mampu membeli hasil panen petani dengan harga wajar saat harga pasar merosot.
Namun, hingga kini, fungsi tersebut dinilai belum berjalan optimal, dan koperasi seakan "mati suri."
Sejarah Berdirinya RPB: Harapan yang Belum Terwujud
RPB ini merupakan hasil dari diskusi antara Pemkab Batu Bara dan Kementerian Koperasi dan UKM RI sejak Juni 2022.
Desa Lubuk Cuik dipilih karena menjadi salah satu sentra cabai merah terbesar kedua di Sumut, dengan luas lahan mencapai lebih dari 1.000 hektare.
Pembangunan RPB senilai Rp9,6 miliar pun akhirnya selesai pada Februari 2024, dengan tujuan mengolah cabai menjadi pasta yang dapat dijual ke berbagai industri.
Namun setelah berdiri, RPB belum memberikan dampak nyata bagi petani. Pernyataan Pemerintah untuk membantu menstabilkan harga melalui pembelian hasil panen belum terealisasi.
Bahkan, program pasca-panen yang digadang-gadang mampu menekan kerugian petani seakan tidak efektif.
Tantangan Pemimpin Baru: Menjawab Harapan Petani
Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bupati Zahir, harapan kini tertumpu pada Bupati baru terpilih, Baharuddin Siagian, dan wakilnya, Syahfrizal.
Para petani dari Lubuk Cuik dan desa sekitar seperti Tanah Itam Hilir, Gambus Laut, dan Gunung Bandung , Perupuk , Tanah Itam Ilir , Pematang Tengah , Titi Merah , berharap kebijakan yang lebih konkret dan tepat sasaran.
Dinas Koperasi dan Pemkab Batu Bara diharapkan mampu mengaktifkan kembali RPB dan Koperasi agar bisa berperan sesuai harapan awal: menjaga kesejahteraan petani dan pelaku UKM.
Jika tidak segera diatasi, dana besar yang sudah diinvestasikan akan menjadi sia-sia.
"Semoga ke depan, RPB benar-benar bisa jadi solusi bagi kami. Jangan sampai program ini hanya jadi proyek tanpa manfaat nyata," ujar Pak Thupat penuh harap.
Tantangan ini menjadi ujian nyata bagi pemerintah daerah dalam memaksimalkan potensi yang ada demi kesejahteraan petani cabai merah Batu Bara.
(wellas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar