-->
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0EAIKwCOewMUoWNW47WuQuK72ih6QOPHJMRnpU7DCntRrpBQYD0o5Au6P11bCxnpJNDyOsxBp3IdFHzFFSPAhWzvyrKdEvmE6apWlbXqIYFWABnyl7NEMlrMlUwM4NCgpGmaNl5NRvf2UlfxXkv1HMk7-eaoiksbqMkaflEi0HsdjsFR5l1RhIhyphenhyphenOdiE/s16000/05e2cdf2-5f47-4771-880d-c7f1667e3450.jpeg

Eks Karyawan PT Medan Canning Kecewa: F.RTMM-K.SPSI Dituding Tak Membela Hak Buruh

Eks Karyawan PT Medan Canning Kecewa: F.RTMM-K.SPSI Dituding Tak Membela Hak Buruh



MEDAN - Perisainusantara.com 

Aksi protes ratusan mantan karyawan PT Medan Canning di Kawasan Industri Modern (KIM) Medan berujung pada kekecewaan besar. Selasa (18/02/25)



Alih-alih mendapat dukungan dari Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan, dan Minuman (F.RTMM-K.SPSI), mereka justru dihadapkan pada sikap ketua federasi, M. Rifai, yang dianggap lebih berpihak kepada perusahaan.

Dalam aksi demo yang berlangsung Rabu lalu, Rifai secara lantang meminta para buruh yang terkena PHK sepihak untuk meminta maaf kepada perusahaan. Ia juga menolak tuntutan pesangon yang diajukan para pekerja. Sikapnya yang tegas menolak perjuangan buruh ini pun memicu tanda tanya besar.

"Kalau kalian tidak setuju, kenapa menandatangani? Perusahaan sudah menawarkan pesangon sesuai aturan mereka," ujar Rifai dengan nada keras. Ia bahkan mempertanyakan alasan para buruh melibatkan pihak lain dalam aksi mereka.

Tak hanya itu, Rifai membawa puluhan anggotanya dalam aksi tersebut, yang justru memperkeruh situasi hingga hampir memicu bentrokan. Akibatnya, mediasi antara eks karyawan dan perusahaan yang difasilitasi Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan kembali gagal mencapai kesepakatan. Kini, para buruh harus menunggu mediasi kelima untuk menentukan nasib mereka.

Dugaan Intimidasi dan Paksaan Tanda Tangan di Kertas Kosong

Situasi semakin pelik ketika sepuluh karyawan akhirnya memilih menerima pesangon dalam jumlah minim karena merasa tidak tahan dengan tekanan yang mereka alami. Ngatiem, salah satu perwakilan eks karyawan, mengungkapkan bahwa mereka sempat mendatangi kantor SPSI untuk meminta perlindungan, namun justru menghadapi perlakuan yang tak terduga.

"Kami datang ke kantor SPSI untuk mencari perlindungan, tapi justru dipersulit. Bahkan, beberapa dari kami dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi dan diintimidasi. Ada juga yang diminta menandatangani surat kosong oleh GM perusahaan," ungkapnya.

Keadaan ini membuat para buruh bertanya-tanya tentang peran sebenarnya dari F.RTMM-K.SPSI. Mereka merasa dikhianati oleh organisasi yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam membela hak mereka.

"Kami sudah membayar iuran SPSI selama 20 tahun, tapi di saat kami butuh perlindungan, mereka malah berpihak ke perusahaan. Lalu, ke mana uang iuran kami selama ini?" tanya seorang buruh dengan nada kecewa.

DPD SPSI Sumut Angkat Bicara

Sikap M. Rifai yang dinilai kontroversial akhirnya mendapat perhatian dari Ketua DPD SPSI Sumut, CP. Nainggolan. Ia menegaskan bahwa federasi yang dipimpin Rifai kerap bertindak di luar kebijakan SPSI sebagai organisasi induk.

"Jika mereka ingin berjalan sendiri tanpa mengikuti aturan SPSI, lebih baik mereka tidak memakai nama SPSI," tegas Nainggolan.

Kini, sorotan publik tertuju pada bagaimana federasi ini akan merespons tudingan yang muncul. Apakah mereka akan tetap pada pendiriannya, atau akhirnya tunduk pada desakan untuk lebih berpihak pada buruh? Satu hal yang pasti, para eks karyawan PT Medan Canning masih berjuang agar hak mereka dipenuhi, dan mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan keadilan.

(boim)


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel

Label

Budaya (16) Kesehatan (14) Organisasi (271) Pemerintahan (128) Pendidikan (151) Polri/TNI (6) Sumatera Utara (29) ekonomi (3) politik (151) sosial (107)

Arsip Blog

FOUNDER’S MEDIA SIBER BATU BARA



 


Strategi Inalum Perluas Pangsa Pasar Aluminium Global

 


Mengenal Tiga Jenis Produk Aluminium dari INALUM

 


Tentang Inalum